Seiring meningkatnya digitalisasi dan transformasi omnichannel, industri ritel kini berada dalam sorotan utama para pelaku kejahatan dunia maya. Berdasarkan laporan IBM X-Force Threat Intelligence Index 2023, sebanyak 78 persen serangan siber terhadap sektor ritel berkaitan langsung dengan pencurian data pelanggan dan penyusupan ke sistem Point of Sale (POS).
Tak hanya memicu kerugian finansial yang besar, ancaman siber juga menggerus kepercayaan pelanggan dan dapat menghancurkan reputasi merek dalam sekejap. Dari transaksi online hingga sistem inventaris berbasis cloud, semua menjadi titik rawan yang dapat dimanfaatkan oleh penjahat digital.
8 Ancaman Siber Terbesar di Industri Ritel
Dihimpun dari berbagai sumber, ada sejumlah ancaman siber yang lazim dan marak menyerang industri ritel. Berikut beberapa ancaman siber tersebut.
Serangan Ransomware
Pada 2024 sekitar 45 persen bisnis ritel menjadi korban serangan ransomware, dengan biaya recovery rata-rata sekitar US$2,7 juta. Serangan ransomware yang mengenkripsi data dan sistem ritel mengganggu aliran penjualan dan mencoreng reputasi bisnis, hingga merusak kepercayaan pelangan dan kerugian finansial secara signifikan.
Serangan Malmware
Serangan ini umumnya terjadi melalui software berbahaya yang dirancang untuk menginfeksi sistem komputer bisnis ritel, lalu mengambil kontrol terhadap data sensitif atau mencuri informasi kartu kredit pelanggan. Malware umumnya disematkan berupa link atau lampiran email, aplikasi atau website palsu yang mengharuskan karyawan ritel untuk men-download atau menginstal.
Phishing
Phishing biasanya melibatkan email yang menipu karyawan ritel secara psikologis untuk mengungkapkan informasi sensitif, seperti password atau nomor kartu kredit. Berdasarkan data Trustware, 58 persen serangan siber dimulai dengan phishing – di mana penjahat siber dapat meneliti operasi dan hierarki toko untuk mencuri informasi sensitif. Email phishing kerap menampilkan link atau lampiran yang seakan-akan sah dengan menyamar sebagai manajer, vendor atau supervisor kemudian mengarahkan karyawan untuk memasukkan informasi sensitif ke dalam formulir yang dapat mencuri dan mengakses data sensitif.
Serangan DDoS
Serangan DDoS kerap membanjiri pengiriman traffic internet secara masif ke website ritel, yang mengganggu ketersediaan situs dan mengakibatkan penurunan penjualan. Serangan ini sering dilakukan oleh penjahat siber yang ingin mencuri data atau melakukan pemerasan.
Serangan Aplikasi Web
Serangan ini terjadi ketika penjahat siber mengeksploitasi kerentanan keamanan dalam website atau platform e-commerce. Srangan ini dapat melibatkan penyuntikkan malware, SQL, cross-site scripting atau credential stuffing. Riset Akamai mencatat sekitar sepertiga serangan aplikasi web menyasar industri ritel, termasuk di shopping cart, pemrosesan pembayaran, dan akun pengguna.
Insider Threat
Ancaman dari dalam organisasi ritel kerap berasal dari karyawan yang tidak puas, mantan karyawan, atau vendor yang memiliki akses ke sistem perusahaan, data pelanggan, dan informasi sensitif seperti data kartu kredit. Insider threat dapat meliputi pencurian data sensitif, menghapus, hingga merusak data dan memperjualbelikan informasi yang dicuri di dark web. Menurut laporan Cybersecurity Insider 2024, 83 persen organisasi melaporkan setidaknya satu serangan terjadi dari dalam perusahaan ritel.
System Intrution
Serangan ini terjadi ketika penjahat menggunakan kredensial login yang dicuri untuk memperoleh akses tidak sah ke sistem, jaringan, atau perangkat. Setelah memperoleh akses, penjahat siber dapat merusak data inventaris, hingga membuat akun karyawan palsu untuk memproses pengembalian barang yang tidak sah atau menginfeksi malware untuk mengganggu operasional bisnis.
Pencurian Kredensial
Pencurian kredensial terjadi ketika pelaku melakukan login sistem, umumnya dilakuakan melalui serangan phishing atau pencurian data. Menurut laporan Verizon 2024 Data Breach Investigation, pencurian kredensial log in terkait dengan 77 persen pencurian data. Setelah penjahat siber mengelabui seseorag untuk membagikan atau menemukan kredensial login yang disusupi setelah pelanggaran data, mereka dapat menggunakannya untuk merusak reputasi dan finansial. Penjahat siber dapat mencuri kredensial login pelanggan dari database ritel dan digunakan untuk melakukan transaksi palsu sambil menyamar sebagai pelanggan.
Bagaimana Retailer Melindungi Bisnis dari Ancaman Siber?
Retailer dapat melindungi bisnis dari ancaman siber dengan memanfaatkan keamanan zero trust, melakukan backup data secara berkala, dan membatasi akses. Berikut cara retailer untuk melindungi bisnis dari ancaman siber.
Keamanan Zero Trust
Keamanan zero trust menjadi kerangka kerja keamanan yang mengharuskan semua identitas manusia dan nonmanusia diversifikasi secara terus menerus, yang membatasi akses ke data sensitif secara ketat. Prinsip zero trust menganggap pelanggaran data akan terjadi dan tidak ada akun yang dapat dipercaya. Zero trust membatasi siapa yang dapat mengakses data sensitif berdasarkan role dan pekerjaan apa yang memerlukan akses. Zero trust memiliki visiblitas lebih besar terhadap aktivitas pengguna, komunikasi lebih kuat di berbagai jaringan, dan mengurangi risiko serangan siber.
Backup Data secara Rutin
Backup data secara rutin penting untuk mengurangi risiko serangan siber. Ketika terjadi serangan ransomware dan pelaku menyandera data, backup data yang minim dapat mengganggu operasional bisnis hingga recovery data dan memberikan tekanan lebih besar pada perusahaan untuk membayar tebusan. Gangguan operasional dan downtime berkepanjangan dapat memicu kerugian finansial dan kerusakan reputasi bisnis. Namun, backup data secara rutin dapat membantu ritel me-recovery data ke kondisi sebelum terjadi serangan, meminimalkan downtime, dan kebutuhan untuk bernegosiasi dengan penjahat siber.
Principle of Least Privilege (PoLP)
Principle of Least Privilege (PoLP) memastian bahwa pengguna hanya diberikan akses yang diperlukan sesuai role mereka. Industri ritel butuh penerapan PoLP karena karyawan tidak boleh memiliki akses yang tidak perlu ke data yang memiliki hak istimewa jika terjadi pelanggaran data atau serangan siber. Hal ini karena semakin banyak akses yang diiliki karyawan ke data sensitif, maka semakin besar permukaan serangan yang memungkinkan penjahat siber untuk mengeksploitasi kerentanan keamanan. Privileged Access Management (PAM) dapat menjadi solusi untuk meminimalkan ancaman dari orang dalam karena pengguna hanya memiliki akses ke apa yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan mereka.
Sistem Secure Point of Sale (POS)
Sistem POS dapat melindungi ancaman siber melalui langkah keamanan yang kuat, seperti update software secara teratur dan tetap mematuhi Standar Keamanan Data Industri Kartu Pembayaran (PCI-DSS). Sistem POS yang aman harus dapat mengenkripsi informasi pembayaran at rest dan in transit untuk mencegah ancaman siber dan keamanan informasi dari pembobolan data.
Implementasi Firewall dan Intrusion Detection Systems (IDS)
Penerapan firewall dan Intrusion Detection Systems (IDS) melindungi jaringan dari ancaman eksternal dengan mengontrol dan menyaring traffic jaringan untuk hardware dan software. IDS juga dapat membantu memonitor traffic jaringan untuk aktivitas mencurigakan dengan men-scan perilaku tidak lazim dan mengamankan jaringan bisnis dari akses tidak sah. Bisnis ritel akan menerima peringatan real-time sebelum terjadi kerusakan signifikan, sekaligus mengurangi akses tidak sah dan mengidentifikasi potensi peretasan.
Memberikan Pelatihan untuk Karyawan
Melatih karyawan tentang praktik terbaik dan kesadaran terhadap keamanan siber dapat melindungi bisnis ritel dari potensi ancaman. Hal ini termasuk mengedukasi karyawan tentang upaya phishing melalui simulasi tes menggunakan email phishing palsu untuk mengevaluasi bagaimana respons terhadap potensi ancaman. Hal ini dapat mengidentifikasi taktik umum yang digunakan oleh penjahat siber untuk menentukan pelatihan lebih lanjut yang diperlukan.
Solusi Keamanan Siber dari Darktrace untuk Perlindungan Industri Ritel
Darktrace menawarkan solusi keamanan siber berbasis AI untuk melindungi bisnis ritel dari ancaman siber yang semakin canggih dan kompleks. Dengan pendekatan proaktif dan adaptif, Darktrace membantu bisnis ritel dalam mendeteksi, menganalisis, dan merespons ancaman ancaman siber secara real-time. Berikut tujuh fitur canggih Darktrace untuk melindungi bisnis ritel.
Darktrace Network & Email
Self-Learning AI memungkinkan Darktrace untuk mendeteksi, menyelidiki, dan merespons ancaman siber secara otomatis secara real-time. Dengan memahami pola unik dari setiap lingkungan digital, Darktrace dapat mengenali aktivitas mencurigakan yang mungkin tak terdeteksi sistem keamanan tradisional.
AI-Powered Threat Detection
Memantau lalu lintas jaringan dan komunikasi email untuk mendeteksi aktivitas anomali seperti phishing, malware, atau insider threats.
Autonomous Response
Darktrace Antigena dapat langsung mengambil tindakan seperti menahan email mencurigakan atau mengisolasi perangkat yang terinfeksi tanpa mengganggu operasional bisnis.
Account Takeover Protection
Mencegah akses tidak sah dengan mendeteksi upaya peretasan akun secara real-time.
Supply Chain Security
Mengidentifikasi ancaman yang mungkin berasal dari pihak ketiga dan mencegah pergerakan lateral dalam jaringan.
Behavioral Analysis for Email Security
Menganalisis pola komunikasi untuk menghentikan serangan berbasis social engineering.
Dukungan Kepatuhan Regulasi
Memberikan visibilitas dan kontrol terhadap transaksi data sensitif untuk membantu kepatuhan terhadap standar industri.
Baca Juga: Menuju Ekosistem Ruang Digital Indonesia yang Aman dan Tangguh
Dampak Perlindungan Darktrace dari Ancaman Siber
Darktrace Network & Email menawarkan solusi keamanan lebih baik dengan Self-Learning AI yang dapat mendeteksi dan merespons ancaman secara real-time. Berbeda dengan sistem keamanan tradisional berbasis aturan statis, Darktrace terus beradaptasi dengan pola unik bisnis untuk memberikan perlindungan proaktif dari ancaman siber yang semakin canggih dan kompleks.
Solusi perlindungan Darktrace dapat membantu bisnis ritel mencegah penipuan melalui kemampuan deteksi dan menghentikan upaya penipuan keuangan secara lebih baik. Respons ancaman otomatis mengurangi downtime dan gangguan, sehinggan bisnis ritel dapat memastikan operasional tetap lancar.
Kemampuan Darktrace dalam mengotomatisasi berbasis AI dapat mengurangi beban kerja tim keamanan akibat terlalu banyak notifikasi dan investigasi manual. Darktrace dapat memberikan perlindungan dari serangan email canggih untuk mencegah phishing yang menggunakan deep fake dan domain spoofing.
Solusi ini juga memastikan keamanan supply chain yang lebih andal untuk jaminan keamanan secara end-to-end dalam rantai pasok. Integrasi mudah dan respons otomatis memungkinkan Darktrace untuk mengamankan bisnis tanpa menghambat operasional.
Dapatkan Solusi Cyber Security dari Darktrace di Helios
Helios sebagai bagian dari CTI Group, sekaligus partner Darktrace siap memberikan perlindungan untuk industri ritel dari ancaman siber yang semakin kompleks. Helios didukung tim engineer ahli bersertifikat dan berpengalaman untuk memastikan setiap solusi diimplementasikan sesuai standar global dan best practice industri tanpa risiko trial and error. Segera hubungi tim Helios di link berikut ini!